Pict by : www.channelnewsasia.com |
Tubuh perempuan yang terapung di laut itu mengenakan cincin
di jari manis kiri dan arloji Alexandre Christie.Pada seragam pramugari AirAsia
yang dikenakannya tersemat nametag “Khairunisa Haidar”.Khairunisa Haidar Fauzi
adalah kru AirAsia QZ8501 pertama yang ditemukan oleh Badan SAR asional.
Selain Nisa—begitu sapaannya— pada penerbangan itu ada pilot
Kapten Iriyanto, kopilot Remi Emmanuel Plesel, awak kabin Wanti Setiawati,
Oscar Desano, Wismoyo Ari Prambudi, serta teknisi Saiful Rahmat.
Haidar Fauzi, ayah Nisa, tentu saja berharap putri bungsunya
selamat dari kecelakaan pesawat itu. Ia berharap perempuan 22 tahun itu bisa
pulang kampung ke Palembang pada 6 Januari 2015 seperti yang dijanjikannya.
Namun kabar yang datang, Nisa ditemukan dalam keadaan meninggal.
Haidar dan keluarga pun hanya bisa pasrah.
“Keluarga alhamdulillah kuat, sudah ikhlas kalau memang adik
saya meninggal,” ujar M. Ikhsan Nul Kamil, kakak Nisa. Mahasiswi Jurusan Hukum
Tata Negara Universitas Sriwijaya itu mengambil cuti demi mengejar impiannya
menjadi pramugari.
Kuliahnya tinggal menyelesaikan skripsi saat bergabung
dengan AirAsia sejak 2013. Hari-harinya di udara mengejar status karyawan tetap
diisi dengan hobi memotret. Hasil jepretannya itu ia unggah di aplikasi berbagi
foto Instagram.
Semenjak pesawatnya dinyatakan hilang, salah satu foto Nisa
di Instagram dibanjiri komentar dan doa akan keselamatannya. Foto yang diunggah
dua pekan lalu itu menampilkan kertas ditempel di jendela pesawat yang tengah
terbang di atas awan.
“I LOVE YOU FROM 38000 ft” tulis Nisa di kertas itu.
Ketinggian 38 ribu kaki itulah yang terakhir diminta pilot
Iriyanto kepada petugas air traffic controller di Jakarta. Selang dua menit
jeda petugas ATC mengecek kemungkinan member izin naik ketinggian itu, Iriyanto
tidak pernah menjawab lagi.
Keluarga dan kerabat Iriyanto tidak pernah menyangka pilot
yang mengantongi lebih dari 20 ribu jam terbang itu bakal tertimpa kecelakaan.
Komandan Pangkalan Udara Adisutjipto Marsekal Pertama Yadi I Sutanandika menyebut
seniornya itu angkatan 30 Sekolah Penerbang TNI AU Adisutjipto yang lulus pada 1983.
Calon pilot di sekolah itu digembleng menerbangkan mulai
helikopter tempur hingga jet tempur F-5 Tiger. “Beliau lulusan terbaik sekolah
penerbangan,” kata Yadi. Keponakan Iriyanto, Doni, menceritakan pamannya itu pernah jadi pilot
markas TNI AU di Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, yang menerbangkan F-16 Fighting
Falcon. “Om Iriyanto pensiun dini,” kata Doni.
Lantas Iriyanto banting setir ke penerbangan sipil dan
berkarier di maskapai Merpati, Adam Air, dan akhirnya ke AirAsia. Selama
bekerja di AirAsia itu, Iriyanto menetap di Perumahan Pondok Jati, Sidoarjo,
Jawa Timur.
Iriyanto, yang menjabat ketua RT dan pengurus Masjid Nurul
Yaqin di perumahannya itu, tinggal di sana bersama istrinya, RR Widya Sukati
Putri, dan kedua anaknya, Angela, 25 tahun, dan Arya, 7 tahun. Sejak menerima
kabar pesawat suaminya hilang, istri Iriyanto terpaku di depan televisi
memantau perkembangan pencarian. “Mudah-mudahan suami saya dalam keadaan
selamat,” kata Widya.
Dalam penerbangan nahas dari Surabaya ke Singapura itu,
Iriyanto didampingi kopilot kerkebangsaan
Prancis, Remi Emmanuel Plesel, 45 tahun, yang sudah tiga tahun menetap di Indonesia.
“Sejak masih muda, dia bermimpi menjadi pilot dan itu menjadi kenyataan,” kata
Renee, saudara perempuan Plesel, kepada The Straits Times.
Plesel, yang lahir di Martinique,wilayah Prancis di Karibia,
adalah Wakil Presiden APPAG atau asosiasi pilot keturunan Antillo-Guyanais. Mengantongi
lebih dari 2.000 jam terbang, Plesel tercatat pernah menjalani pendidikan penerbangan
oleh Federal Aviation Administration di Amerika Serikat.
Bersama Iriyanto dan Plesel, ada teknisi pesawat kawakan Saiful
Rahmat, 38 tahun. Hidup Saiful sejak kecil sudah berkelindan dengan dunia
penerbangan karena ayahnya anggota TNI AU, yang berdinas di Pangkalan Udara Roesmin
Nurjadin, Pekanbaru.
Lulus dari SMAN 8 Pekanbaru, Saiful merantau ke Jawa,
mengadu nasib sebagai teknisi pesawat. “Awalnya adik saya teknisi maskapai Mandala,”
kata Nunung Nursiah, 50 tahun. “Setelah (Mandala) tutup, dua tahun terakhir ini
adik saya bekerja di AirAsia.” Saiful menetap di Surabaya.
Namun tahun baru ini
ayah dua anak itu berencana berlibur ke Pekanbaru. Nunung berharap, janji
pulang kampung itu tetap bisa dipenuhi Saiful.
Namun harapan kru bisa pulang selamat ini kian tipis setelah
pesawat diduga tenggelam dan satu demi satu korban ditemukan tewas tanpa
mengenakan pelampung. Memasuki hari keempat sejak pesawat dinyatakan hilang pun
baru tujuh korban yang ditemukan.
Istri pramugara Oscar Desano, Dessy Purbaningrum, pada
Selasa, 30 Desember 2014, tidak kuasa mendengar kabar yang tak menggembirakan itu.
“Istri Pak Oscar tadi dibawa keluarganya ke rumah sakit karena Bu Dessy shock
berat,” kata Arief, tetangga rumah Oscar di Perumahan Delta Sari, Sidoarjo.
Dessy, yang berprofesi sebagai penyiar radio dan presenter,
memang berharap betul suaminya pulang dengan selamat. “Mudah-mudahan tidak
terjadi apa-apa,” kata Dessy, Minggu, 28 Desember 2014.
Sementara maskapai AirAsia sempat dikecam karena kampanye
iklannya soal pesawat tidak akan pernah hilang setelah raibnya Malaysia Airlines
MH370, Oscar yang jadi pegawainya disorot secara berbeda oleh media dunia.
Mereka justru menyanjung Oscar, yang menyatakan solidaritasnya
buat sesama maskapai asal Malaysia itu. Beberapa pekan sebelum tragedi ini,
Oscar menyampaikan keprihatinannya atas bencana penerbangan yang menimpa MH370
itu. Lewat akun Twitter, Oscar juga menyampaikan ucapan dukacita kepada
keluarga kru dan penumpang pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh
di Ukraina itu. “I feel truly sorry for the lost of MH17 by Malaysia Airlines,”
tulis Oscar.
Sumber :
Majalah Detik
The Straits Times
www.channelnewsasia.com