Tgl 24 Maret 2013, bertepatan dengan Hari minggu dimana
Perusahaan Kami mengadakan Farewell Party di Pantai Mi**ta, Barelang, Batam, Acara ini
digagas untuk melepas 2 orang ekspatriat Japan yang telah habis masa tugas
di Perusahaan kami.
Fotomikrograf kulit yang menunjukkan nematoda creeping
eruption dalam terowongan dengan pembesaran 480x (Kirby – Smith, et al)
Dihadiri lebih dari 200 Orang Karyawan dan di pantai kami menyewa
sebuah aula yang cukup besar dan disekitar aula sebagian Karyawan membakar ikan
dengan duduk diatas pasir
Sekitar Jam 14.00 wib. Acara bebas sehingga sebagian
karyawan mandi dilaut dan duduk-duduk di pasir pinggir pantai.
Invansi Cacing ke Bawah Kulit
Dua Hari kemudian…
Beberapa Karyawan
laki-laki menunjukan gejala gatal-gatal dikulit tangan , badan dan Pantat, Punggung, Kulit
terlihat ada benjolan seperti digigit nyamuk
ini salah satu yang terkena di Punggung...
ini salah satu yang terkena di Punggung...
Satu Minggu kemudian
Gatal-gatal pada kulit meluas tapi terlihat juga suatu alur
dibawah kulit membentuk spiral dan liku-liku seperti ular
Kemudian salah satu karyawan memeriksa diri kedokter,
informasi dokter adalah penyakit cacing kulit atau
bahasa medisnya :
CUTANEOUS LARVA MIGRAN “CREEPING ERUPTION”
Ini hasil googling yang terbaik utk penyakit diatas
Versi ke-1
Penyebab:
Penyebabnya
adalah larva dari cacing tambang Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma
caninum, yang berasal dari binatang, terutama anjing dan kucing.
Penyebab
lain diantaranya: gnatostoma, Uncinaria stenocephala, Butnostomum phlebotomum (dari
sapi), Strongiloides sterconalis, dll.
Larva
cacing tersebut hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor.
Cacing ini
daur hidupnya terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui
herbivora.
Cacingnya
tidak kelihatan saking kecilnya (ukurannya mikro), kecuali menggunakan
mikroskop.Sedangkan viceral larva migrans atau Larva migrans viseralis (menyerang
bola mata, dan beberapa organ dalam lainnya) disebabkan oleh: larva cacing
Toxocara
Berdasarkan
letaknya, penyakit ini paling banyak mengenai kaki (39%), pantat (18%) dan
perut (16%)
Penularan:
Kontak dengan larva cacing di tempat-tempat
kotor (pasir, tanah, lumpur dll)
Tertelan
telur cacing (melalui tangan secara tidak sengaja)
Perjalanan
penyakit ( larva migrans cutaneous).
Pada
manusia, masa tunasnya mencapai beberapa hari dan penyakit ini dapat
berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan bila tidak diobati.
Awalnya
hanya berupa bintik merah gatal (mbentol), lalu melonjong, memanjang, berkelak-kelok
seperti spiral.
Gatal pada
malam hari, lantaran saat itu si Larva cacing jalan-jalan berlenggak-lenggok
menyusuri kulit rata-rata 2mm-3mm per hari.
Jadi jika
alur lenggak-lenggoknya sekitar 15 cm, berarti kira-kira sudah berlangsung
sekitar 5 hari.
Pengobatan.
Sebelum
tahun 1960-an, pengobatan cutaneous larva migrans menggunakan Chlorethyl, obat
anastesi semprot dingin (biasa juga dipakai di persepakbolaan).
Ternyata
obat semprot tersebut hanya menghambat, tidak membunuh cacing.
Perlu
diketahui, larva cacing terhambat pada suhu di bawah 10 derajat cecius, tetapi
tidak mati, dan baru bisa mati pada suhu minus 15 derajat celcius. Itulah
mengapa disemprot Chlorethyl tak kunjung sembuh.
Obat yang dianjurkan antara lain:
Obat cacing:
Obat pilihan adalah: thiabendazole, ivermectin dan albendazole, sedangkan obat
lainnya Mebendazole.
Thiabendazole
Dosis: 25-50
mg/kg berat badan/hari, diberikan 2 kali sehari selama 2-5 hari.
Tidak
diperkenankan melebihi 3 gram perhari.
Dapat juga
diberikan secara topikal (obat luar) 10-15% dalam larutan.
Albendazole.
( pilih yang ini )
Dosis
dewasa dan anak di atas 2 tahun: 400 mg perhari, dosis tunggal, selama 3 hari
atau 200 mg dua kali sehari selama 5 hari.
Dosis anak
kurang dari 2 tahun: 200 mg perhari selama 3 hari.
Atau 10-15
mg per kg berat badan, 4 kali perhari selama 3-5 hari. Jining Wang , MD ,
February 28, 2006
Mebendazole
Dosis
dewasa dan anak di atas 2 tahun: 100-200 mg dua kali sehari, selama 4 hari .
Anak kurang
dari 2 tahun: tidak dianjur
====================================================================
VERSI KE-2
:
CUTANEOUS LARVA MIGRAN “CREEPING ERUPTION”
PENDAHULUAN
Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit
parasit yang sudah dikenal sejak tahun 18741. Awalnya ditemukan pada daerah –
daerah tropikal dan subtropikal beriklim hang at,
saat ini karena kemudahan transportasi keseluruh bagian dunia, penyakit ini
tidak lagi dikhususkan pada daerah –
daerah tersebut.
Creeping itch atau rasa gatal yang menjalar, merupakan
karakteristik utama dari CLM3. Faktor resiko utama bagi penyakit ini adalah
kontak dengan tanah lembab atau berpasir, yang telah terkontaminasi dengan
feces anjing atau kucing. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak – anak
dibandingkan pada orang dewasa.
Pada orang dewasa, faktor resiko nya adalah pada tukang
kebun, petani, dan orang – orang dengan hobi atau aktivitas yang berhubungan
dengan tanah lembab dan berpasir.
DEFINISI
Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear
atau berkelok – kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing.
ETIOLOGI
Penyebab umum dari CLM adalah;
Ancylostoma braziliense (cacing pada anjing dan kucing), penyebab paling sering.
Ancylostoma caninum (anjing) penyebab paling banyak kedua
setelah a.braziliense.
Uncinaria stenocephala (anjing )Bunostomum phlebotomum (sapi)
PATOGENESIS
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang
binatang anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma
caninum.
Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa
jenis lalat, seperti Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly.
Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidup. Nematoda
hidup pada hospes (anjing, kucing atau babi), ovum terdapat pada kotoran
binatang dan karena kelembapan berubah menjadi larva yang mempu mengadakan
penetrasi kekulit.
Larva ini tinggal di kulit berjalan – jalan tanpa tujuan
sepanjang dermo – epidermal, setelah beberapa jam atau hari, akan timbul gejala
di kulit.
Reaksi yang timbul pada kulit, bukan diakibatkan oleh
parasit, tetapi disebabkan oleh reaksi inflammasi dan alergi oleh sistem immun
terhadap larva dan produknya.
Pada hewan, Larva ini mampu menembus dermis dan melengkapi
siklus hidupnya dengan berkembang biak di organ dalam.
Sedangkan pada manusia, larva memasuki kulit melalui folikel,
fissura atau menembus kulit utuh menggunakan enzim protease, tapi infeksi nya
hanya terbatas pada epidermis karena tidak memiliki enzym collagenase yang
dibutuhkan untuk penetrasi kebagian kulit yang lebih dalam.
GEJALA KLINIS
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan
panas.
Mula – mula , pada point of entry, akan timbul papul, kemudian
diikuti oleh bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok –
kelok (snakelike appearance – bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal, menimbul
dengan lebar 2 – 3 mm, panjang 3 – 4 cm dari point of entry, dan berwarna
kemerahan.
Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan larva
tersebut telah berada dikulit selama beberapa jam atau hari. Rasa gatal dapat
timbul paling cepat 30 menit setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late
onset dari CLM.
Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti
benang berkelok- kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk
terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa sentimeter dan bertambah panjang
beberapa milimeter atau beberapa sentimeter setiap harinya.
Umumnya pasien hanya memiliki satu atau tiga lintasan dengan
panjang 2 – 5 cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari, sehingga
pasien sulit tidur. Rasa gatal ini juga dapat berlanjut, meskipun larva telah
mati.
Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi
krusta, dan bila pasien sering menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan
terhadap infeksi sekunder.
Larva nematoda dapat ditemukan terperangkap dalam kanal
folikular, stratum korneum atau dermis
Tempat predileksi adalah di tempat – tempat yang kontak
langsung dengan tanah, baik saat beraktivitas, duduk, ataupun berbaring, seperti
di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di mana
saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada.
DIAGNOSIS
Berdasarkan bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan
seperti benang yang lurus atau berkelok – kelok, menimbul dan terdapat papul
atau vesikel di atasnya.
PROGNOSA
Penyakit ini dapat sembuh sendiri setelah beberapa minggu
atau beberapa bulan. Pengobatan dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan dan
mengurangi rasa ketidaknyamanan pasien. Umumnya pengobatan selalu memberikan
hasil yang baik.
MORTALITAS
Mortalitas karena penyakit ini belum pernah dilaporkan. Kebanyakan
kasus larva migran sembuh sendiridengan atau tanpa pengobatan, dan tanpa
diikuti efek samping jangka panjang apapun.
MORBIDITAS
Morbiditas dikaitkan dengan pruritus hebat dan kemungkinan
infeksi bakterial sekunder. Sangat jarang sekali, dapat terjadi migrasi ke
jaringan dalam, seperti ke paru dan usus, yang dapat menyebabkan penumonitis (Loeffler’s
Syndrome), enteritis, myositis (nyeri otot)3
LANGKAH – LANGKAH PENCEGAHAN
Di Amerika
serikat, telah dilakukan de-worming atau pemberantasan cacing pada anjing dan
kucing, dan terbukti mengurangi secara signifikan insiden penyakit ini5
Larva
cacing umumnya menginfeksi tubuh melalui kulit kaki yang tidak terlindungi, karena
itu penting sekali memakai alas kaki, dan menghindari kontak langsung bagian
tubuh manapun dengan tanah.
PENATALAKSANAAN
Modalitas topikal seperti spray etilklorida, nitrogen cair, fenol,
CO2 snow, piperazine citrate, dan elektrokauter umumnya tidak berhasil sempurna,
karena larva sering tidak lolos atau tidak mati.
Demikian pula kemoterapi dengan klorokuin, dietiklcarbamazine
dan antimony juga tidak berhasil. Terapi pilihan saat ini adalah dengan
preparat antihelmintes baik topikal maupun sistemik.
SISTEMIK (ORAL)
1. Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes
spektrum luas. Dosis 50 mg/kgBB/hari, sehari 2 kali, diberikan berturut – turut
selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi
setelah beberapa hari. Sulit didapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah4.
2. Solusio
topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol secara oklusi selama 24
– 48 jam4. Dapat juga disiapkan pil tiabendazol yang dihancurkan dan dicampur
dengan vaseline, di oleskan tipis pada lesi, lalu ditutup dengan band-aid/kasa.
Campuran ini memberikan jaringan kadar antihelmints yang cukup untuk membunuh
parasit, tanpa disertai efek samping sistemik.
3. Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis
tunggal, diberikan tiga hari berturut – turut4.
4. Ivermectin (Stromectol)
AGEN PEMBEKU
TOPIKAL
1. Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan
penekanan selama 45 detik - 1 menit, selama 2 hari berturut – turut.
2. Nitrogen liquid4
3. Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang
lesi. Agak sulit karena tidak diketahui secara pasti dimana larva berada, dan
bila terlalu lama dapat merusak jaringan disekitarnya.
4. Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl
atau krim anti gatal (Calamine lotion atau Cortisone) untuk mengurangi gatal4.
DISKUSI
Diagnosa penyakit ini dapat ditegakkan hanya dari
pemeriksaan fisik dengan melihat bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan
seperti benang yang lurus atau berkelok – kelok, dan menimbul.
Kemudian, dari anamnesa yang mendukung diagnosa adalah
adanya riwayat kontak dengan tanah sebelum keluhan ini dirasakan, yaitu saat
pasien berkebun.
Pemeriksaan penunjang lain yang disebutkan dalam kepustakaan
adalah biopsi, tapi hal ini sangat jarang dilakukan, dan pada kasus ini tidak
diperlukan karena tidak ada gejala yang mengarah pada penyakit lain.
Terapi yang dipilih adalah tindakan khusus, yaitu
penyemprotan dengan kloretil sebanyak masing – masing dua kali pada kunjungan I
dan II.
Karena keluhan yang dirasakan tidak hilang, pada kunjungan
III dilakukan elektrokauterisasi pada lesi (sepanjang terowongan yang menimbul)
dan setelah itu dilakukan penyemprotan dengan kloretil sebanyak dua kali lagi.
Masing – masing penyemprotan dilakukan selama ±2 menit
hingga tampak lapisan putih, dan diantara nya ada selang waktu ±15 menit. Tujuan
penyemprotan dengan klor etil pada prinsipnya adalah untuk membekukan dan
mematikan larva
Penyemprotan dengan klor etil memang tidak selalu memberikan
hasil yang memuaskan, karena posisi pasti larva tidak bisa dipastikan, sifat
terapi ini adalah hit-or-miss.
Namun, ini merupakan alternatif cara yang cepat untuk
mengakhiri pertumbuhan terowongan. Disebutkan dalam salah satu kepustakaan, terapi
pilihan saat ini adalah dengan memberikan antihelmintes baik secara topikal (dengan
oklusi) maupun sistemik.
Pada kasus ini, mungkin tidak dilakukan pemberian
antihelmintes sistemik untuk menghindari efek samping obat antihelmintes
sistemik. Disamping itu pasien datang
dengan lesi awal (3 hari setelah keluhan dirasakan), sehingga diharapkan
infeksi dapat diakhiri dengan semprotan klor etil di poliklinik.
Sedangkan pemakaian tiabendazol topikal secara oklusi empat
kali sehari mungkin sulit dilakukan pasien di rumah.
Pasien ini dijadwalkan untuk kunjungan ke IV, tapi pasien
tidak kembali untuk kontrol ulang.
Daftar Pustaka
1. Anonymous.
Cutaneous Larva Migrans: The Creeping Eruption. Diunduh dari
2. Jusych ,
LA. Douglas MC.Cutaneous Larva
Migrans: Overview, Treatment and Medication. Diunduh dari www.emedicine.com. Pada
tanggal 29 Desember 2009. Update terakhir 20 November 2009.
3. Anonymous. Clinical Presentation in Humans. Diunduh
dari www.stanford.edu/group/parasites/parasites2002/cutaneous_larva_migrans/clinical%20presentation.html pada tanggal 29 Desember 2009
4. Aisah
S. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Penerbit
Fakultas Kedokteran FKUI. 125-6 (2007)
5. Dugdale ,DC . Diunduh dari www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001454.htm
Update terakhir 12 Maret 2008
6. Anonymous. Cutaneous Larva Migrans. Diunduh
dari www.en.wikipedia.org/wiki/Cutaneous_larva_migrans
======================================================================
Dan memang obat-obtan diatas sudah dilakukan, diminum dan diseprot kloe etil tapi ada yang masih bandel sehingga menyebabkan beberapa rekan laki-laki melakukan pengobatan ekstrim
Pengobatan Cara ekstrim:
Pengobatan Cara ekstrim:
Berikut ini
adalah cara Rekan-rekan , membasmi larva cacing ini membandel dan sampai tulisan di buat, hasil nya
sudah kering dan tidak gatal lagi tapi apakah masih ada ..ya tidak tahu...
- Dibakar dengan Korek Api.
Teman ini memang cukup nekat dan apalagi setiap malam hamprr
tidak bisa tidur, setelah mengkonsumsi pil dan semprotan tapi tidak ada hasil
maka dia berinisiatif membakar tempat larva itu berada hingga panas dan
bengkak.
Dua hari kemudian kulit mengering dan gatal hilang
Pembakaran dilakukan dengan mendekatkan api korek api gas ke area bengkak.
Pembakaran dilakukan dengan mendekatkan api korek api gas ke area bengkak.
- Di Beri Cuka.
Cara lain lagi adalh tempat bentol di lecetkan kemudian diberi cuka ,setelah kering kulit
akan sedikit terkelupas atau Cuka di ganti dengan bensin.
- Di Beri Caladine cair Karna Larva ini hinggap di punggung maka di oleskan Caladine cari di sekujur tubuh setelah mandi dan mau tidur.
Untuk 3 poin diatas ini adalah kenekatan rekan-rekan kami dan tidak disarankan untuk mengikutinya.Silahkan hubungi dokter anda untuk pengobatan lebih aman.
Semoga Bermanfaat
Semoga Bermanfaat