Sabtu, 02 Maret 2013

Mereka yang Pernah Mengalami Stroke


Penderita stroke harus segera mendapat pertolongan dokter. Karena itu sebagai orang awam kita harus mengenali gejala stroke . Berikut ini pengalaman beberapa orang yang pernah mendapat serangan stroke, diambil dari majalah Heart & Healthy Living edisi Summer 2008.

Donna James, Santa Rosa Beach, Florida

Sebagai ketua divisi sebuah perusahaan asuransi dan investasi, Donna James puas dengan kariernya. Rumah bagus, gaji besar, keluarga bahagia. Pada tahun 2005 ketika berusia 47 ia mendapat penghargaan sebagai The Top 75 Most Powerful African-American in Corporate America oleh majalah Black Enterprise. Suatu penghargaan yang bergengsi.


Suatu hari setiba dari perjalanan tugas ke luar kota, tidak seperti biasanya Donna merasa sangat lelah. Ia sempat tertidur selama beberapa jam. Ketika terbangun, Donna merasa seluruh kamar bergerak-gerak seperti jungkir balik. Ia mencoba bangkit namun terjatuh di lantai. "Sungguh menakutkan, saya tidak berdaya, tidak bisa bergerak, seakan-akan terperangkap dalam tubuh sendiri," ujar Donna menceritakan pengalamannya. Beruntung suaminya menemukannya terbaring di lantai dan segera membawanya ke rumah sakit.

Donna terserang mini stroke yang dikenal sebagai TIA (transient ischemic attack). Gejala TIA umumnya segera menghilang dalam waktu sehari atau beberapa hari, namun berpotensi muncul kembali sewaktu-waktu. Ini membuatnya berpikir, apa yang harus dilakukannya ke depan. "Jawabannya adalah, saya hanya harus melakukan pekerjaan (apa saja) yang saya sukai, berarti seminim mungkin stres."

Donna pun merasa harus mengubah pola makannya yang sebelumnya asal kenyang dengan menu-menu resto, kini lebih banyak sayur dan buah. "Dan saya harus berolahraga." Karena itu, ia berhenti dari pekerjaannya yang membuatnya sangat sibuk dengan stres tinggi. Kini ia aktif sebagai pekerja sosial, membantu para remaja yang bermasalah.

Ted Rossiter, Des Moins, Iowa

Pada suatu musim semi tahun 2006 malam, Ted menggiring putri-putrinya ke lantai atas ke kamar tidur mereka. Setelah mencium mereka dan mematikan lampu kamar Ted pun berjalan turun tangga. Ketika itu ia merasa sedikit pusing yang berbeda dari biasanya. "Tak ada rasa sakit kepala, hanya perasaan aneh seperti melayang," tutur Ted. Ia pun berbaring sebentar, dan rasa aneh itu menghilang.

Hari berikutnya ia berkendara ke rumah seorang petani untuk mengambil produk pertanian. Setelah membayar dengan selembar cek, Ted pun berkendara pulang. Di tengah perjalanan, ia ditelepon oleh petugas bank bahwa ia telah salah menulis nama penerima cek, salah menuliskan tanggal dan tahun.

Setelah itu, selama akhir pekan itu Ted kesulitan memahami percakapan dengan istri dan anak-anaknya. Kembali ke kantor pada hari Senin, Ted tidak bisa mengingat password untuk membuka komputernya, kombinasi angka-angka tempat penyimpanan uang, dan password e-mail nya.

Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa Ted kena ischemic stroke. Namun Ted tidak mudah percaya, karena ia baru berusia 40 tahun ketika itu, selalu sehat, dan ia seorang atlet yang masih aktif. "Misteri" baru terbuka dari hasil scan kepala yang secara tidak sengaja ditemukan foramen ovate atau PFO, yaitu cacat bawaan pada jantung yang menimbulkan sebuah lubang sangat kecil di antara dua kamar jantung.

Menurut dokter yang merawatnya, cacat jantung bawaan semacam itu dialami oleh sekitar 25% orang, namun sebagian besar tidak mengetahuinya. Mereka yang mendapat serangan stroke pada usia muda, biasanya disebabkan PFO tersebut. Jalan keluarnya, dokter berhasil menambal lubang PFO tersebut, sehingga kesehatan Ted mulai pulih kembali.

Tahun 2007 Ted mampu ikut lomba triatlon pra Olimpiade. Ia memang masih sulit mengingat nama-nama, namun secara fisik, kesehatannya membaik.

Whitney Sherban, Castle Rock, Colorado

Pada tahun 1998, Whitney (14 tahun) sedang berlatih berkuda bersama adiknya ketika tiba-tiba ia merasa penglihatannya gelap, dan ia terjatuh. "Saya hanya ingat adik saya berteriak pada instruktur bahwa saya jatuh," tutur Whitney. Itulah yang terkahir diingatnya, karena setelah itu Whitney berada dalam kondisi koma selama tiga minggu. Ia menderita hemorrhagic stroke dengan perdarahan otak.

Setelah siuman, mulailah ia menjalani proses pemulihan yang sangat lama dan sangat sulit. Sebagian besar penglihatannya kabur dan ia tidak bisa bergerak. Ia tidak mampu mengunyah dan menelan makanan, tidak juga berbicara.

Kini - 10 tahun kemudian - dengan bantuan tenaga medis yang profesional dan dukungan keluarga, Whitney mengalami banyak kemajuan. Memang ia masih sulit berbicara dan berjalan. Dan pandangan matanya masih tetap terbatas. Ia juga harus berhati-hati makan dan minum agar tidak tersedak.

Dengan kondisinya sekarang, Whitney telah mampu bersekolah lagi, bergaul, dan bahkan melakukan kerja sosial di rumah sakit yang pernah merawatnya. "Jangan pernah menyerah pada nasib," ujarnya. "Saya selalu bertekad ingin sembuh, ingin pulih kembali seperti semula." Dan ia hampir berhasil, tinggal menunggu waktu.

Sumber : mypotik.blogspot.com

"Mama, Jangan Benci Aku"

Kisah ini benar adanya dan saya menulisnya dengan hati yang dalam supaya kejadian ini menjadi pelajaran untuk kita semua supaya jangan ter...