Migren merupakan salah satu keluhan nyeri kepala yang banyak dijumpai di masyarakat. Hal ini pastilah sangat mengganggu, bukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat produktifitas di kehidupan sehari-hari. Migren dapat terjadi karena beberapa penyebab, seperti stres, perubahan hormon, makanan, faktor fisik, dll.
Menurut International Headache Society (IHS) migren adalah nyeri kepala vaskular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedangsampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual dan ataumuntah, fotofobia, dan fonofobia.
EPIDEMIOLOGI
Dari hasil penelitian epidemiologi,migren terjadi pada hampir 30 juta penduduk Amerika Serikat, 75 % diantaranya adalah wanita. Migren dapatterjadi pada semua usia, tetapi biasanya muncul antara usia 10-40 tahun danangka kejadiannya menurun setelahusia 50 tahun. Migren tanpa aura umumnyalebih sering dibandingkan migren disertai aura dengan persentase sebanyak 90%.
ETIOLOGI
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya migren adalah sebagai berikut :
1.Riwayat penyakit migren dalam keluarga
2.Perubahan hormon (estrogen dan progesteron) pada wanita, khususnya padafase luteal siklus menstruasi.
3.Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat),vasokonstriktor (keju, coklat), serta zat tambahan pada makanan.
4.Stres
5.Faktor fisik
6.Rangsang sensorik (seperti cahaya yang silau, bau menyengat)
7.Alkohol
8.Merokok
KLASIFIKASI
Menurut The International Headache Society (1988), klasifikasi migrenadalah sebagai berikut:
1.Migren tanpa aura
2.Migren dengan aura
a.Migren dengan aura yang khas
b.Migren dengan aura yang diperpanjang
c.Migren dengan lumpuh separuh badan ( familial hemi flegic migraine)
d.Migren dengan basilaris
e.Migren aura tanpa nyeri kepala
f.Migren dengan awitan aura akut
3.Migren oftalmoplegik
4.Migren retinal
5.Migren yang berhubungan dengan gangguan intracranial
6.Migren dengan komplikasi
a.Status migren (serangan migren dengan sakit kepala lebih dari 72 jam)
- Tanpa kelebihan penggunaan obat
- Kelebihan penggunaan obat untuk migren
b.Infark migren
7.Gangguan seperti migren yang tidak terklasifikasikanDahulu dikenal adanya classic migraine dan common migraine
Classicmigraine
didahului atau disertai dengan fenomena defisit neurologik fokal,misalnya gangguan penglihatan, sensorik, atau wicara. Sedangkan
Commonmigraine
tidak didahului atau disertai dengan fenomena defisit neurologic fokal.
Oleh Ad Hoc Committee of the International Headache Society (1987) diajukan perubahan nama atau sebutan untukkeduanya menjadi migren dengan aura untuk classic migraine dan migren tanpa aura untuk common migraine.
PATOFISIOLOGI
Migren bisa dipahami sebagai suatu gangguan primer otak (primary of the brain) yang terjadi karena adanya kelainan pada aktivitas saraf sehingga pembuluh darah mengalami vasodilatasi, yang disusul dengan adanya nyeri kepala berikut aktivasi saraf lanjutannya. Serangan migren bukanlah didasari oleh suatu primary vascular event
Serangan migren bersifat episodik dan bervariasi baik dalam setiap individu maupun antar individu. Variabilitas tersebut paling tepat dijelaskan melalui pemahaman terhadap kelainan biologik dasar dari migren yaitu disfungsi ion channel pada nuklei aminergik batang otak yang secara normal berfungsi mengatur input sensoris dan memberikan kendali neural (neuralinfluences) terhadap pembuluh darah kranial.
Dulu migren oleh Wolff disangka sebagai kelainan pembuluh darah (teorivaskular). Sekarang diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di pembuluh darah sekunder. Ini didasarkan atas tiga percobaan binatang:
1.Penekanan aktivitas sel neuron otak yang menjalar dan meluas ( spreading depression dari Leao) Teori depresi yang meluas Leao (1944), dapat menerangkan tumbuhnya aura pada migren klasik. Leao pertama melakukan percobaan pada kelinci. Ia menemukan bahwa depresi yang meluas timbul akibat reaksi terhadap macam rangsangan lokal pada jaringan korteks otak. Depresi yang meluas ini adalah gelombang (oligemia) yang menjalar akibat penekanan aktivitas sel neuron otak spontan.
Perjalanan dan meluasnya gelombang oligemia sama dengan yang terjadiwaktu kita melempar batu ke dalam air. Kecepatan perjalanannya diperkirakan 2-5 mm per menit dan didahului oleh fase rangsangan sel neuron otak yang berlangsung cepat. Jadi sama dengan perjalanan aura pada migren klasik.Gelombang oligemia tersebut didahului oleh fase pendek hiperemia yang sangat mungkin berhubungan dengan gejala seperti melihat kilatan cahaya.
Oligemia merupakan respon dari adanya penurunan fungsi neuronal (depressed neuronalfunction) yang kelihatan jelas masih berlangsung ketika keluhan nyeri kepala mulai muncul.
Temuan tersebut, bersama dengan bukti langsung yangmenunjukkan bahwa suplai oksigen lokal ternyata lebih dari adekuat,menjadikan pendapat yang menganggap migraine semata-mata hanya merupakan suatu vascular headache tidak lagi dapat dipertahankan.
Percobaan ini ditunjang oleh penemuan Oleson, Larsen dan Lauritzen (1981).dengan pengukuran aliran darah otak regional pada penderita-penderita migrenklasik.
Pada waktu serangan migren klasik, mereka menemukan penurunan alirandarah pada bagian belakang otak yang meluas ke depan dengan kecepatan yangsama seperti pada depresi yang meluas.
Mereka mengambil kesimpulan bahwa penurunan aliran darah otak regional yang meluas ke depan adalah akibat daridepresi yang meluas.Terdapat persamaan antara percobaan binatang oleh Leao dan migren klinikal,akan tetapi terdapat juga perbedaan yang penting, misalnya tak ada fasevasodilatasi pada pengamatan pada manusia, dan aliran darah yang berkurang berlangsung terus setelah gejala gejala aura.
Meskipun demikian, eksperimen perubahan aliran darah memberi kesan bahwa manifestasi migren terletak primer di otak dan kelainan vaskular adalah sekunder.
2.Sistem trigemino-vaskular
Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung.
substansi P( SP),neurokinin-A (NKA) dan calcitonin-gene related peptid ( CGRP).
Semua ini berasal dari ganglion nervus trigeminus sesisi SP, NKA.
Dan CGRP menimbulkan pelebaran pembuluh darah arteri otak. Selain ltu, rangsangan oleh serotonin (5hydroxytryptamine) pada ujung-ujung saraf perivaskular menyebabkan rasa nyeri dan pelebaran pembuluh darah sesisi.
Seperti diketahui, waktu serangan migren kadar serotonin dalam plasmameningkat. Dulu kita mengira bahwa serotoninlah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada fase aura.
Pemikiran sekarang mengatakan bahwa serotonin bekerja melalut sistem trigemino-vaskular yang menyebabkanrasa nyeri kepala dan pelebaran pembuluh darah. Obat-obat anti-serotonin misalnva cyproheptadine (Periactin®) dan pizotifen (Sandomigran®, Mosegor ®) bekerja pada sistem ini untuk mencegah migren.
3.lnti-inti syaraf di batang otak
Inti-inti saraf di batang otak misalnya di rafe dan lokus seruleus mempunyai hubungan dengan reseptor-reseptor serotonin dan noradrenalin. Juga Dengan pembuluh darah otak yang letaknya lebih tinggi dan sumsum tulang daerah leher yang letaknya lebih rendah.
Rangsangan pada inti-inti ini menyebabkanvasokonstriksi pembuluh darah otak sesisi dan vasodilatasi pembuluh darah diluar otak. Selain itu terdapat penekanan reseptor-reseptor nyeri yang letaknya lebih rendah di sumsum tulang daerah leher.
Teori ini menerangkan vasokonstriksi pembuluh darah di dalam otak dan vasodilatasi pembuluh darah diluar otak, misalnya di pelipis yang melebar dan berdenyut.
Faktor pencetus timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik danfaktor intrinsik. Dimana faktor eksintrik seperti stress (emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari ketegangan), makanan tertentu (coklat, keju, alkohol,dan makanan yang mngandung bahan pengawet), lingkungan, dan juga cuaca.
Sedangkan faktor intrinsik, misalnya perubahan hormonal pada wanita yangnyerinya berhubungan dengan fase laten saat menstruasi. Selain itu, adanya factor genetik, diketahui mempengarui timbulnya migren.
Migren tanpa auraMigren dengan auraMual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada pusat muntah di batang otak (chemoreseptor trigger zone/CTZ).
Sedangkan pacuan pada ipotalamus akan menimbulkan fotofobia.
Proyeksi/pacuan dari LC ke korteksserebri dapat mengakibatkan oligemia kortikal dan mungkin menyebabkan penekanan aliran darah, sehingga timbulah aura.
Pencetus (trigger ) migren berasal dari:
1. Korteks serebri: sebagai respon terhadap emosi atau stress,
2. Talamus: sebagai respon terhadap stimulasi afferen yang berlebihan: cahaya yang menyilaukan, suara bising, makanan,
3.Bau-bau yang tajam,
4. Hipotalamus sebagai respon terhadap 'jam internal" atau perubahan "lingkungan"internal (perubahan hormonal),
5. Sirkulasi karotis interna atau karotis eksterna: sebagai respon terhadap vasodilator,atau angiograf
Mekanisme Nyeri pada Migren
Patogenesis nyeri pada migren belum dapat diketahui dengan pasti, namun ada 3 kunci yang dapat menjelaskan tentang pemahaman akan nyeri tersebut,yaitu: pembuluh darah cranial, inervasi trigeminal dari pembuluh darah tersebut,dan koneksi refleks dari sistem trigeminal dengan eferen parasimpatis kranial(cranial parasym pathetic out flow).
Seperti kita ketahui bahwa, parenkim otak merupakan salah satu organ yang tidak peka terhadap nyeri, sehingga rangsang nyeri dapat dibangkitkan oleh pembuluh darah cranial yang berukuran besar, pembuluh darah intracranial segmen proximal, atau selaput duramater.
Pembuluh darah tersebut diinervasi oleh cabang-cabang ofthalmik (ophthalmic division)
Dari nervus trigeminalis, sedangkan struktur yang membentuk fossa osterior diinervasi oleh cabang-cabang radiks C2.
Pada percobaan dengan binatang, stimulasi yang mengenai serabut aferenvaskuler (vascular afferents) akan menimbulkan aktivasi: neuron-neuron lapisan superfisial dari nukleus trigeminalis bagian kaudal (trigeminal nucleus caudalis)yang berada setinggi
cervicomedullary junction dan neuron-neuron lapisansuperfisial dari kornu dorsalis setinggi C1 dan C2 dari medulla spinalis yang membentuk trigeminocervical complex
Begitu pula hal yang serupa, stimulasicabang-cabang radiks C2 akan mengaktivasi neuron neuron di regio otak yangsama. Keterlibatan cabang-cabang oftalmik dari nervus trigeminalis dan adanya tumpang tindih dengan wilayah yang diinervasi oleh C2 dapat menjelaskan distribusi umum dari nyeri migraine yang melingkupi regio frontal dan temporal, begitupula regio parietal, occipital, dan servikal bagian atas, yang pada hakekatnya adalah merupakan suatu nyeri alih (referred pain).Aktivasi trigeminal perifer (peripheral trigeminal activation) yang terjadi pada migraine ditandai dengan dilepaskannya calcitonin-gene±related peptide (CGRP), yang merupakan vasodilator,
namun mekanisme bangkitnya rasa nyeri belumlah jelas. Studi binatang coba mengesankan rasa nyeri kemungkinan ditimbulkan oleh suatu proses peradangan neurogenik steril (sterileneurogenicinflammatory process) yang mengenai lapisan dura mater, namun mekanisme ini belumlah jelas dibuktikan pada manusia.
Rasa nyeri kemungkinan merupakan kombinasi dari suatu perubahan persepsi (altered perception)² yang diakibatkan oleh adanya sensitisasi perifer atau sentral² dari input kraniovaskuler yang tidak selalu bersifat nyeri dan adanya aktivasi dari mekanisme dilator neurovaskular yang menjalar kearah depan (feed-forward neurovascular dilator mechanism)yang secara fungsional spesifik dimiliki oleh divisi pertama (ophthalmic) darinervus trigeminus.
MANIFESTASI KLINIS
Secara keseluruhan, manifestasi klinis penderita migren bervariasi padasetiap individu. Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus dialami oleh tiap individu. Fase-fase tersebut antara lain:
1.Fase Prodormal
Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah,letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperticoklat) dan gejala lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase ini member pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren.
2.Fase Aura
Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahuluiatau menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit.Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dariaura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologisyang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak), gangguan visual homonim,gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi adanya cahaya berbagaiwarna yang bergerak pelan (fenomena positif).
Kelainan visual lainnya adalahadanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul pada salah satu mata ataukedua mata. Kedua fenomena ini dapat muncul bersamaan dan berbentuk zig-zag.
Aura pada migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudiandiikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri kepala, walaupun ada yangmelaporkan tanpa periode laten
3.Fase Nyeri Kepala
Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral danawalnya berlangsung didaerah frontotemporalis dan ocular, kemudian setelah1-2 jam menyebar secara difus kea rah posterior. Serangan berlangsungselama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-aak berlangsungselama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang sangat mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
4.Fase Postdormal
Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasimenurun, dan terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa³segar´ atau euphoria setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnyamerasa depresi dan lemas.
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura, sementara pada penderita migren tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodormal,fase nyeri kepala, dan fase postdormal.
KRIERIA DIAGNOSIS
1.Migren tanpa aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis denganmanifestasi serangan nyeri kepala 4-72 jam, sangat khas yaitu nyeri kepalaunilateral, berdenyut-denyut dengan intensitas sedang sampai berat dengandisertai mual, fonofobia, dan fotofobia. Nyeri kepala diperberat dengan adanyaaktivitas fisik.
2,Migren dengan aura
Nyeri kepala ini bersifat idiopatik, kronis dengan bentuk serangan dengangejala neurologik (aura) yang berasal dari korteks serebri dan batang otak, biasanya berlangsung 5-20 menit dan berlangsung tidak lebih dari 60 menit. Nerikepaala, mual, atau tanpa fotofobia biasanya langsung mengikuti gejala aura atausetelah interval bebas serangan tidak sampai 1 jam. Fase ini biasanya berlangsung4-72 jam atau sama sekali tidak ada.Aura dapat berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik,hemifaresis, disfagia, atau gabungan dari gejala diatas
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN TANPA AURA
A.Sekurang-kurangnya 10 kali serangan termasuk B-D
B.Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau pengobatan tidak adekuat) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua dari karakteristik sebagai berikut:
1.Lokasi unilateral
2.Sifatnya berdenyut
3.Intensitas sedang sampai berat
4.Diperberat dengan kegiatan fisik
D.Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebutdi bawah ini:
1.Mual atau dengan muntah
2.Fotofobia atau dengan fonofobia
E.Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini:
1.Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkanadanya kelainan organik
2.Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainanorganik, tetapi pemeriksaan neuro imaging dan pemeriksaan tambahanlainnya tidak menunjukkan kelainan.
KRITERIA DIAGNOSIS DENGAN AURA
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B
B.Sekurang-kurangnya terdapa 3 dari 4 karakteristik tersebut dibawah ini:
1.Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkandisfungsi hemisfer dan/atau batang otak
2.Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit,atau 2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-sama
3.Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebihDari satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurangDari 60 menit, tetapai kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura
C.Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini:
1.Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkanadanya kelainan organik
2.Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainanorganik, tetapi pemeriksaan neuro imaging dan pemeriksaan tambahanlainnya tidak menunjukkan kelainan
3.Migren Hemiplegik familial
Migren dengan aura termasuk hemiparesis dengan criteria klinik yang samaseperti diatas dan sekurang-kurangnya salah satu anggota keluarga terdekatnyamempunyai riwayat migren yang sama
4.Migren basilaris
Migren dengan aura yang jelas berasal dari batang otak atau dari kedua lobioksipitales. Kriteria klinik sama dengan yang diatas dengan tambahan dua ataulebih dari gejala aura seperti berikut ini:
- Gangguan lapangan penglihatan temporal dan nasal bilateral
- Disartia
- Vertigo
- Tinitus
- Penurunan pendengaran
- Diplospi
- Ataksia
- Parastesia bilateral
- Parestesia bilateral dan penurunan kesadaran
5.Migren aura tanpa nyeri kepala
Migren jenis ini memiliki gejala aura yang khas tetapi tanpa diikuti oleh nyeri kepala.
Biasanya terdapat pada individu yang berumur lebih dari 40 tahun.
6.Migren dengan awitan aura akut
Migren dengan aura yang berlangsung penuh kurang dari 5 menit. Kriteriadiagnosisnya sama dengan criteria migren dengan aura, dimana gejala neurologik (aura) terjadi seketika lebih kurang 4 menit, nyeri kepala teradi selama 4-72 jam(bila tidak diobati atau dengan pengobatan tetapi tidak berhasil), selama nyeri berlangsung sekurangnya disertai dengan mual atau muntah, fonofobia/fotofobia.Untuk menyingkirkan TIA maka dilakukan pemeriksaan angiografi dan pemeriksaan jantung serta darah.
7.Migren oftalmoplegik
Migren jenis ini dicirikan oleh serangan yang berulang-ulang yang berhubungan dengan paresis satu atau lebih saraf otak okular dan tidak didapatkan kelainan organik. Kriteria diagnosis terdiri dari sekurang-kurangnya 2 serangandisertai paresisi saraf otak III, IV, dan VI serta tidak didapatkan kelainan serebrospinal.
8.Migren retinal
Terjadi serangan berulang kali dalam bentuk skotoma monokular atau buta tidak lebih dari satu jam. Dapet berhubungan dengan nyeri kepala atau tidak. Gangguanocular dan vascular tidak dijumpai.
9.Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
Migren dan gangguan intracranial berhubungan dengan awitan secaratemporal. Aura dan lokasi nyeri kepala berhubungan erat dengan lesi intracranial.Keberhasilan pengobatan lesi intrakranial akan diikuti oleh hilangnya seranganmigren
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
1.CT scan dan MRI kepala
2.Pungsi lumbal
DIAGNOSIS BANDING
1.Nyeri kepala tegang (tension headache)
2.Nyeri kepala Kluster (cluster headache)
3.Gangguan peredaran darah sepintas (Transient Ischemic Attack/ TIA)
TERAPI
1.Terapi Medikamentosa
Pendekatan terapi migraine dapat dibagi kedalam terapi nonfarmakologisdan farmakologis.
Terapi nonfarmakologis meliputi:
a.edukasi kepada penderita mengenai penyakit yang dialaminya
b.mekanisme penyakit
c. pendekatan terapeutik, dan
d.mengubah pola hidup dalam upaya menghindari pemicu seranganmigraine.
e.Tidur yang teratur
f.Makan yang teratur
g.Olahraga
h.Mencegah puncak stres melalui relaksasi, serta mencegah makanan pemicu.
Pesan yang penting adalah, penderita lebih baik berupaya menjaga keteraturan hidup (regularity of habits), daripada membatasi beragam makanan dan aktivitas.
Yang tidak dapat diketahui adalah sensitivitas dariotak terhadap pemicu-pemicu pada waktu tertentu. Ketidak-pastian ini mengakibatkan banyak penderita menjadi putus asa menghadapi fakta bahwa berbagai upaya yang dilakukannya untuk menghindari terpicunya serangan migren memberikan hasil yang berbeda pada hari yang berlainan.
Penting dijelaskan pada penderita sifat alamiah dari variabilitas tersebut diatas. Saat ini telah dipublikasikan evidence-based review dari pendekatannonfarmakologis dalam terapi migraine.
Medikamentosa untuk terapi migraine dapat dibagi menjadi: obat yang diminumkan setiap hari tidak tergantung dari ada atau tidak nyeri kepala yang bertujuan mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan serangan (terapi preventif), dan obat yang diminumkan untuk menghentikan serangan saatkemunculannya (terapi bortif).
Terapi untuk menghentikan serangan akut (terapi abortif) dapat dibagimenjadi: terapi nonspesifik dan terapi spesifik migraine (migraine-specifictreatments). Yang tergolong kedalam terapi nonspesifik seperti:
A.Aspirin
B.Acetaminophenc. Nonsteroidalantiin flammatory drugs (NSAID)
Pada banyak penderita, migraine menunjukkan respon yang baik menggunakan terapi sederhana yang diberikan pada waktu serangan.Terdapat sejumlah kunci bagi keberhasilan penggunaan analgetik dan NSAID, setelah terlebih dahulu mempertimbangkan keinginan penderitadan kontraindikasi: obat harus diminum sesegera mungkin begitu komponen nyeri kepala dari serangan mulai dirasakan; dosis obat harus adekuat, sebagai contoh, 900 mg aspirin, 1000 mg acetaminophen, 500 sampai 1000 mg naproxen, 400 sampai 800 mg ibuprofen, atau kombinasinya dengan dosis yang memadai.
Penambahan menggunakan antiemetik atau obat yang meningkatkan motilitas gaster dapat meningkatkan absorpsi obat utama, sehingga juga akan membantu meredakan serangan.
Penggunaan yang terlalu sering dari kelompok obat-obatan ini harus dihindari; sebagai contoh, penggunaan tidak boleh melebihi dua sampai tiga hari dalam seminggu, dan catatan harian(headache diary) penderita perlu diperiksa dan dipantau untuk mengetahuiadanya peningkatan penggunaan obat-obatan.
Yang penting diketahui adalah bahwa tingkat keparahan serangan migraine dan responnya terhadap pengobatan dapat berubah-ubah; sehingga suatu ketika penderita dapat hanya memerlukan satu macam obat, sementara dilain waktu dapat memerlukan sejumlah macam obat untuk mengatasi serangan yang lebih berat.
C. Opiat .
Sebenarnya penggunaan opiat saat ini dihindari karena hanyameredam nyeri tanpa menekan mekanisme patofisiologi yangmelatarbelakangi serangan, dan seringkali menimbulkan gangguankognitif; penggunaannya juga dapat menimbulkan adiksi, serta padasebahagian besar penderita tidak memberikan khasiat yang melebihi obatspesifik untuk migraine (migraine-specific therapy).
D.Analgetik
kombinasi juga dipergunakan untuk mengatasi beragamgangguan nyeri.Sedangkan terapi spesifik yang meliputi:
1.Derivat Ergon
Kelebihan umum dari derivat ergot (ergotamine dan dihydroergotamine)adalah biaya pengobatan yang rendah dan pengalaman dari sejarah panjang penggunaannya. Kekurangannya adalah aspek farmakologinyayang kompleks, farmakokinetiknya yang sulit diperhitungkan (erratic pharmacokinetics), kurangnya pembuktian mengenai dosis yang efektif,efek vasokonstriktor menyeluruhnya yang bersifat poten dan menetap,yang dapat menimbulkan gangguan vaskular yang merugikan, serta adanya resiko tinggi terjadinya overuse syndromes
dan rebound headaches
2.Triptan
Dibandingkan dengan derivat ergot, golongan triptan memiliki banyak kelebihan terutama, farmakologi yang bersifat selektif, farmakokinetik yang jelas dan konsisten, aturan penggunaan yang telah menjalani pembuktian(evidence-based prescription instructions), efikasi yang telah dibuktikanmelalui sejumlah uji klinis (well-designed controlled trials), efek samping berderajat sedang, dan tingkat keamanan pemakaian yang telah diketahui(well-established safety record). Kekurangan yang paling penting darigolongan triptan adalah biaya pengobatan yang tinggi dan keterbatasan penggunaannya pada keadaan adanya penyakit kardiovaskular termasuk perdarahan subarachnoid dan menginitis.
Farmakologi dan Mekanisme kerjaTriptan merupakan serotonin 5-H T1B/1D ±receptor agonists . Golonganobat ini ditemukan dalam suatu penelitian mengenai serotonin danmigraine yang mendapatkan adanya suatu atypical 5-HTreceptor .
Melalui aktivasi terhadap novel receptor ini terbukti dapat menutup anastomosisdari arteriovenosa kranialis (cranial arteriovenous anastomoses), dimana reseptor ini secara in vivo diketahui memiliki distribusi anatomis sangatterbatas.
Dewasa ini telah dikenal terdapat tujuh subklas utama dari 5-HT receptors² klas 1 sampai 7. Semua triptan dapat mengaktivasi reseptor 5-HT1B/1D , serta dalam potensi yang lebih ringan dapat mengaktivasireseptor 5-HT1A atau 5-HT1F . Tampaknya, aktivitas 5-HT1B/1D ±agonist merupakan mekanisme utama dari efek therapeutik golongan triptan ,meskipun mekanisme kerja (therapeutic action) pada reseptor 5-HT1F belumlah disingkirkan.
Triptan memiliki tiga mekanisme kerja yang potensial: vasokonstriksikranial, inhibisi neuronal perifer, dan inhibisi terhadap transmisi yangmelewati second-order neurons dari trigeminocervical complex .Mekanisme mana diantara ketiganya yang berperan paling penting belumlah jelas. Ketiga mekanisme kerja tersebut menghambat efek yangditimbulkan oleh teraktivasinya serabut aferen nosiseptif trigeminal(activated nociceptive
trigeminal afferents); melalui mekanisme inilahtriptan menghentikan serangan akut migraine .
Dalam praktik klinis rutin terdapat lima macam triptan: sumatriptan,naratriptan, rizatriptan, zolmitriptan, dan almotriptan. Eletriptan baru sajadisetujui penggunaannya di Eropa; frovatriptan masih menunggu persetujuan penggunaannya; sedangkan donitriptan masih menjalani pengujian preklinik.
Selama berlangsungnya serangan migraine, banyak obat mengalami penundaan absorpsi, sehingga sangat mungkin pemberiandengan metode nonoral lebih menguntungkan, seperti pemberian melalui nasal sprays,inhalers, suppositoria, atau injeksi.
Namun demikian,kebanyakan penderita lebih menyukai preparat oral, yang merupakan 80%dari keseluruhan peresepan triptan. Sumatriptan juga tersedia dalam bentuk sediaan injeksi subkutan, rektal, dan intranasal
Sumber : scrip pdf