Sabtu, 21 Juli 2012

Nikmatnya Puasa di Negeri Arab


Sebelum saya menceritakan suasana puasa di negri onta, bolehlah saya memperkenalkan diri, biar teman2 tidak penasaran…. Atau paling tidak (tidak negatif thinking)  tentang wanita di Saudi Arabia, karena memang wanita di Saudi identik dengan TKW 


Saya hidup di Jeddah 11th tapi  tidak bisa lancar bahasa arab, bisanya Cuma dalam tawar menawar kalau berbelanja. Saya tinggal dengan suami yang bekerja di perusahaan swasta dan 1 anak yang terkecil yang lahir di Jeddah, sedangkan 2 anak yang lain setelah besar memilih sekolah di Indonesia. 



Kalau saya bekerja mungkin bahasa arab saya lancar, karena saya hanya sebagai “wife house” tentu tidak bisa selancar bila praktek langsung dengan orang arab.


Saudi Arabia adalah bener-benar dunia laki-laki yang dimana semua dilakukan laki-laki dan wanita 90% bergantung  dengan lakilaki. Saya tidak akan mendapat ijin bila saya pergi sendiri dengan naik taxi, kecuali ditemani teman atau anak saya.


Ini pun saya akan memilih driver bangsa India, Bangladesh atau bangsa lain karena paling tidak dia bisa berbahasa inggris. Saya tidak akan memilih taxi yang drivernya orang Saudi asli, melihat tampang sangat menyeramkan dan tidak bersahabat, ada kode khusus taxi yang digunakan driver Saudi asli.


Suasana Ramadan di negri asal turunnya perintah  puasa ini memang lebih semarak dan beda di Indonesia yang mayoritas muslim penduduknya. 
Sebelum 1 ramadan di Supermarket-supermarket, Plaza dan Mall  sudah dihiasi tulisan “RAMADAN KARIM” dan didekorasi sedemikan rupa agar bener semarak dan meriah kalau kita masuk tempat tersebut.


Di Saudi untuk menentukan puasa  berdasarkan bulan yg muncul setelah magrib atau isya. Setelah ini terlihat baru diumumkan via radio dan TV, dan lebih mantapnya bila di Masjidil Haram sudah dilaksanakan sholat taraweh. 


Demikian juga pada saat penentuan 1 syawal. Kalau di Indonesia sudah tercantum di kalender, tapi kalau di Saudi tetap berdasarkan bulan yang muncul setelah magrib atau isya. Kalau tidak salah th 2000 yang 1 syawal nya merasa dadakan, karena ada pengumuman besok lebaran yang tentu saja kita gak belum siap bikin masakan untuk lebaran… wah benar-benar kacau.


Saat bulan puasa di pinggir jalan banyak orang mengkais rezeki dengan berdagang gorengan sambusa, basbusa (manis rasanya) dan makanan yag manis2 lainnya, kurma dan Juice yang ditempati kantong plastik .


Demikian juga di Balad dan Corniche (pusat pertokoan) tentu bagi teman2 yang pernah haji dan Umrah tempat ini tidak terlewati. Disana penuh dengan rombong-robong jual “BALILA” (kacang humus rebus yang diberi acar timun diberi warnah merah,dibumbui jinten,garam ditambah minyak zaitun).Walaupun di hari biasa ada yang berjualan makanan ini tapi bila di bulan Ramadan lebih banyak lagi. 


Wah benar-benar semarak di kota Jeddah saat Ramadan, belum lagi macet dan padatnya keramaian kota di malam hari.Semua pertokoan di bulan Ramadan buka sampai menjelang sahur. 


Supermarket Full dan orang berbelanja seperti tiada hari esok, kadang sampai 2 troly yang dibelanjai seperti persiapan perang yang takut kehabisan makanan.. 
Walaupun imbang dengan semaraknya masjid2 yang dimakmurkan jamaahnya untuk sholat taraweh atau sholat Lail. 
Tidak ketinggalan ditepi pantai laut merah pun semarak dengan orang2 yang ingin berbuka puasa di pinggir pantai dengan keluarganya, atau kita janjian dengan teman2 bikin buka bersama di pinggir laut yg tentu tempatnya luas untuk menampung banyak orang.


Budaya orang arab bila bulan Ramadan hidup seperti ”kelelawar” pagi sampai siang untuk tidur dan malam sampai subuh untuk “melek” Saya sering diejek teman2 Indonesia puasa di arab sama seperti “puasa bedug” (puasa anak kecil yang setengah hari)


Memang bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, dimana-mana orang berjualan dan yang membelipun banyak sekali. Suasana seperti ini hanya ada di bulan Ramadan begitu besok lebaran, tidak akan kita temui berderet-deret orang berjualan, dan suasana lebaran di Jeddah sangat sunyi, yang tentu beda sekali dengan di tanah air, aduh…rindu rasanya suasana lebaran di Indonesia


Suasana Ramadan ini yang selalu dirindukan umat diseluruh dunia, bila di Jeddah, Mekkah dan Madinah pertokoan ramai buka sampai pagi, tentu tidak kita temukan di negara lain. 


Suasana Jeddah padat dan macet karena akan berbelanja, Lain lagi dengan suasana Mekkah dan Madinah. Pertokoan buka dari dhuhur-jam 5 sore, kemudian tutup baru buka kembali setelah isya sampai pagi jam 3-4 pagi. Perkantoran pun juga demikian hanya malamnya tutup jam 1-2 malam


Suasana di Masjidil Haram padat jamaah Umrah dari penjuru dunia, jamaah Indonesia adalah jamaah terbanyak baik pada saat hajian atau umroh. Pada 10 hari awal bulan Ramadan MasyaAllah padatnya. 


Tentu akan lebih padat lagi di 10 hari ke-2 bulan Ramadan, seperti minggu ini masuk dalam 10 hari ke- 2, dan puncaknya  kepadatan di 10 hr terakhir. Banyak umat yang ithikaf  di Masjidil Haram.10 hari terakhir di masjid2 dan Majidil Haram diramaikan dengan sholat Lail.


MasyaAllah nikmatnya bila bisa ikut sholat lail di Masjidil Haram, Alhamdulillah setiap malam ganjil saya pergi ke Mekkah, dari Jeddah 3/4jam-1 jam memakai kendaraan sendiri.


Karena untuk masuk ke mekkah sudah ditutup karena padatnya, maka kita parkir di “kudai” disana area parkirnya luas dan disediakan bis untuk ke Masjidil Haram dengan bayar Cuma 2 real.


Naik bis pun kita berebut, walaupun disediakan bis banyak, tapi penumpang pun banyak pula. Sholat Lail dimulai jam 1 - 3 malam dengan 11 raka’at. Beda dengan sholat taraweh kalau di Masjidil Haram 23 raka’at.


Dimalam  ganjil sangat padat jamaah untuk mengikuti  sholat lail, diluar masjid sudah padat digelar sajadah-sajadah jamaah. Polisi dikerahkan untuk mengatur jamaah agar tidak menutup jalan menuju masjid. 


Puncak kepadatan di Masjidil Haram pada malam ke -27, dimalam ini saya bisa sampai rumah jam 6-7 pagi kalau di malam ganjil sebelumnya paling-paling saya jam 4-5 pagi sudah masuk rumah.


Suasana hening tenang di malam ke -27 tanpa suara burung atau suara binatang yang lain dan tiada bintang di langit yang gelap.Sunyi dan hembusan angin malam yang mengusik hati kita hanya terdengar Imam Sudeis yang terkenal yang mengalunkan ayat-ayat Allah yang membuat hati ini bergetar dan Doa Qunut di akhir rakaat yang membuat kita menangis. 


Doa dan suara imam dengan isak tangisnya  yang membuat jamaah ikut menangis, saat dibacakan doa Qunut hanya terdengar suara tangis laki-laki maupun  wanita dan kata amin… yang kompak dari jamaah. 


Suara imam menggetarkan jiwa dimana kita ingat semua dosa-dosa yang kita lakukan selama hidup dan tentu kita tidak tahu apakah Ramadan tahun depan kita masih bisa menikmati manisnya bulan Ramadan yang penuh berkah seperti tahun ini??  


Hening  sunyi senyap angin berhembus sepoi2 ini tanda2 Malam Laillatul Qodar turun kata para ulama. 


Ya Allah… Turunkanlah Laillatul Qodar ke diri kita,
Ya Allah .. Ampunilah dosa2 kami
Ya Allah… Ampunilah dosa2 orang tua kami
Ya Allah… Berilah kami jalan yang Lurus
Ya Allah…berilah kami tetap iman dan selalu sujud karena MU


Marilah teman-teman, kita berlomba mendapatkan Laillatul Qodar dengan beribadah dan sujud mohon ampun kepada Allah serta jangan malu dan sombong untuk mengangkat tangan memohon apa yang kita inginkan, semoga apa yang kita kerjakan di bulan Ramadan ini diterima Allah SWT dan mendapatkan keberkahan dan hidayah-Nya. Amin…


Oleh : Safa
Jeddah, 25 September 2007


Sebagian telah Kami Edit

"Mama, Jangan Benci Aku"

Kisah ini benar adanya dan saya menulisnya dengan hati yang dalam supaya kejadian ini menjadi pelajaran untuk kita semua supaya jangan ter...