Selasa, 24 Juli 2012

Memberi Nama Bayi / Anak Secara Islami


Meski sastrawan Inggris, Shakespeare, berkata “What’s in a name?” Apalah arti sebuah nama? Namun dalam Islam, nama itu penting.
Seorang teman ada yang dinamakan orang tuanya nama yang kurang bagus, namun karena malu begitu SMP namanya dirubah jadi lebih baik. Ada pula yang dinamakan Letoy (lemas). Anak bisa malu atau rendah diri jika namanya buruk dan teman-temannya memanggilnya dengan namanya yang buruk.



Untuk itu Nabi memerintahkan agar para orang tua memberi nama anaknya dengan nama yang baik:
Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, ” Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?” 
Nabi Saw menjawab, “Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu).” (HR. Aththusi).


Nabi pernah merubah nama yang artinya buruk, Barrah, menjadi Zainab:
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Semula nama Zainab adalah Barrah. Orang mengatakan, ia membersihkan dirinya. Lalu Rasulullah saw. memberinya nama Zainab. (Shahih Muslim No.3990)


Hendaknya memberi nama (tasmiyah) dilakukan pada saat aqiqah, yaitu menyembelih 2 ekor kambing untuk anak lelaki dan seekor kambing untuk anak perempuan:
Setiap anak tergadai dengan (tebusan) akikahnya (seekor atau dua ekor kambing) yang disembelih pada umur tujuh hari dan dicukur rambut kepalanya (sebagian atau seluruhnya) dan diberi nama. (HR. An-Nasaa’i) 
Nabi melarang ummatnya untuk memberi nama dengan gelarnya: Abu Qosim:


Dari Anas bin Malik ra., ia berkata:
Seseorang menyapa temannya di Baqi: Hai Abul Qasim! 
Rasulullah saw. berpaling kepada si penyapa. 
Orang itu segera berkata: Ya Rasulullah saw, aku tidak bermaksud memanggilmu. Yang kupanggil adalah si Fulan. 
Rasulullah saw. bersabda: Kalian boleh memberi nama dengan namaku, tapi 
jangan memberikan julukan dengan julukanku. (Shahih Muslim No.3974)


Sebaliknya, Nabi menganjurkan agar kita memberi nama anak kita dengan nama Nabi, yaitu: Muhammad:
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:Abul Qasim, 
Rasulullah saw. bersabda: Berikanlah nama dengan namaku, tetapi jangan memberikan julukan dengan julukanku. (Shahih Muslim No.3981) 


Dari Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Seseorang di antara kami mempunyai anak. Ia menamainya dengan nama Muhammad. Orang-orang berkata kepadanya: Kami tidak akan membiarkanmu memberi nama Rasulullah saw. Orang itu berangkat membawa anaknya yang ia gendong di atas punggungnya untuk menemui Rasulullah saw. 
Setelah sampai di hadapan Rasulullah saw. ia berkata: Ya Rasulullah! Anakku ini lahir lalu aku memberinya nama Muhammad. Tetapi, orang-orang berkata kepadaku: Kami tidak akan membiarkanmu memberi nama dengan nama Rasulullah saw. 


Rasulullah saw. bersabda: Kalian boleh memberikan nama dengan namaku, tetapi jangan memberi julukan dengan julukanku. Karena, akulah Qasim, aku membagi di antara kalian. (Shahih Muslim No.3976) 
Haram menamakan anak dengan nama Allah seperti Malikul Amlak dan Malikul Mulk (Raja Segala Raja) karena itu adalah nama Allah. Jangan memberi nama anak dengan nama-nama Allah:
Dari Ibnu Umar ra, Nabi bersabda: Nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah (Hamba Allah) dan Abdurrahman (Hamba Yang Maha Pengasih) [HR Muslim] 


Dari Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Nama yang paling jelek di sisi Allah adalah seorang yang bernama Malikul Muluk. Ibnu Abu Syaibah menambahkan dalam riwayatnya: Tidak ada malik (raja) kecuali Allah Taala.. (Shahih Muslim No.3993) 


“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna” [Al A’raaf:180] “Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik)” [Thaahaa:8] Sebaliknya Nabi memberi nama-nama Nabi seperti Ibrahim kepada seorang anak.


Dari Abu Musa ra., ia berkata:
Anakku lahir, lalu aku membawanya kepada Nabi saw., beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya (mengolesi mulutnya) dengan kurma. (Shahih Muslim No.3997) Sebaiknya nama adalah Abdul (Hamba) dengan Asma’ul Husna (99 Nama Allah yang baik) seperti Abdullah (Hamba Allah), Abdurrahman (Hamba Maha Pengasih), Abdul Hakim, Abdul Hadi, dan sebagainya:


Dari Aisyah ra., ia berkata:
Asma binti Abu Bakar ra. keluar pada waktu hijrah saat ia sedang mengandung Abdullah bin Zubair. Ketika sampai di Quba’, ia melahirkan Abdullah di Quba’. Setelah melahirkan, ia keluar menemui Rasulullah saw. agar beliau mentahnik si bayi. Rasulullah saw. mengambil si bayi darinya dan beliau meletakkannya di pangkuan beliau. Kemudian beliau meminta kurma. 


Aisyah ra. berkata: Kami harus mencari sebentar sebelum mendapatkannya. Beliau mengunyah kurma itu lalu memberikannya ke mulut bayi sehingga yang pertama-tama masuk ke perutnya adalah kunyahan Rasulullah saw. Selanjutnya Asma berkata: Kemudian Rasulullah saw. mengusap bayi, mendoakan dan memberinya nama Abdullah. Tatkala anak itu berumur tujuh atau delapan tahun, ia datang untuk berbaiat kepada Rasulullah saw. Ayahnya, Zubair yang memerintahkan demikian. Rasulullah saw. tersenyum saat melihat anak itu menghadap beliau. Kemudian ia membaiat beliau. (Shahih Muslim No.3998) 


Jika memakai nama seperti itu, hendaknya jika kita menyingkat nama anak, panggilah dengan Abdul (Hamba). Bukan memanggilnya dengan nama Allah seperti Hadi, ‘Alim, dan sebagainya. Jika tidak, panggil namanya dengan lengkap seperti Abdul Hadi.


Dari Sahal bin Saad ra., ia berkata:
Al-Mundzir bin Abu Usaid, ketika baru dilahirkan, dibawa menghadap Rasulullah saw. Beliau meletakkan di pangkuannya sedangkan Abu Usaid duduk. Lalu perhatian Nabi saw. tercurah pada sesuatu di depan beliau. Maka Abu Usaid menyuruh seseorang mengangkat anaknya dari atas paha Rasulullah saw. dan memindahkannya. Ketika Rasulullah saw. tersadar, beliau bertanya: Mana anak itu? Abu Usaid menjawab: Kami memindahkannya, ya Rasulullah saw. Rasulullah saw. bertanya: Siapa namanya? Abu Usaid menjawab: Fulan, ya Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda: Tidak, tetapi namanya adalah Mundzir. Jadi, pada hari itu, Rasulullah saw. memberinya nama Mundzir. (Shahih Muslim No.4002) 


Meski ada yang berkata bahwa memberi nama bisa dalam bahasa apa saja bukan hanya Arab, namun saya pribadi beranggapan dalam bahasa Arab lebih baik karena bahasa Arab merupakan bahasa umum/persatuan yang dipakai ummat Islam. Artinya bisa dipahami secara sama/standar oleh siapa saja. Misalnya kalau Muhammad kita tahu artinya terpuji, atau Abdullah adalah Hamba Allah.


Tapi kalau bahasa lain, meski dalam bahasa itu artinya bagus, tapi menurut bahasa lainnya bisa saja buruk. Sebagai contoh kata “Tai” dari Cina artinya besar. Dalam bahasa Indonesia “Tai” artinya kotoran dan bisa ditertawakan orang.
Berikut adalah contoh nama-nama yang Islami:


Nama Nabi:
Muhammad atau Ahmad
Adam, Idris, Nuh, Hud, Saleh, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Luth, Ya’qub, Yusuf, Syu’aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ilyasa’, Dzulkifli, Khaidir Nama yang diberikan Nabi:
Zainab (perempuan), Ibrahim, Mundzir


Nama anak Nabi:
Ibrahim, Qosim
Fatimah (Az Zahro), Ummu Kaltsum
Nama-nama orang baik dalam Al Qur’an: Luqman (bapak yang bijaksana), Dzulkarnain (raja yang perkasa), Imran


Cucu Nabi:
Hasan, Husein


Istri Nabi:
A’isyah, Ummu Salamah, Hafsah, Khadijah, Zainab, Shofiyah, Saudah, Maimunah, Juwairiyah 


Orang tua Nabi:
Abdullah, Aminah, Halimah (ibu susu), Maryam (ibu Nabi Isa) Paman Nabi:
Hamzah, Abbas


Sahabat Nabi:
Abu Bakar, Umar, Usman, Ali (Khulafaaur Rasyidiin) Salman Al Farisi, Bilal, Khalid bin Walid, Mu’adz bin Jabbal, Anas bin Malik, Abu Dzar Al Ghifari, Abu Ubaidah, Al Miqdad in Amr bin Tsa’labah, Bara’ bin Malik, Fudhail bin Iyadl At Tamimy, Khobbaab bin Al-Art, Zaid bin Haritsah, Mu’adz Bin Jabal, Mush’ab Bin Umair, Utbah bin Ghazwan, Abdullah Bin Mughaffal, Abdullah Bin Malik, Ubai bin Ka’ab, Hudzaifah Asma’ul Husna (99 Nama terbaik Allah) Asma’ul Husna ini harus dipadukan dengan Abdul (Hamba) sehingga artinya adalah Hamba Allah, misalnya Abdullah, Abdul Hakim, Abdul Hadi, Abdurrahman, dsb.


Asma’ul Husna:
1. Allah
2. Ar-Rahman – Maha Pemurah
3. Ar-Rahim – Maha Penyayang
4. Al-Malik – Maha Merajai/Pemerintah
5. Al-Quddus – Maha Suci
6. As-Salam – Maha Penyelamat
7. Al-Mu’min – Maha Pengaman
8. Al-Muhaymin – Maha Pelindung/Penjaga
9. Al-’Aziz – Maha Mulia/Perkasa
10. Al-Jabbar – Maha Pemaksa
11. Al-Mutakabbir – Maha Besar
12. Al-Khaliq – Maha Pencipta
13. Al-Bari’ – Maha Perancang
14. Al-Musawwir – Maha Menjadikan Rupa Bentuk 
15. Al-Ghaffar – Maha Pengampun 
16. Al-Qahhar – Maha Menundukkan 
17. Al-Wahhab – Maha Pemberi 
18. Ar-Razzaq – Maha Pemberi Rezeki 
19. Al-Fattah – Maha Pembuka 
20. Al-’Alim – Maha Mengetahui 
21. Al-Qabid – Maha Penyempit Hidup 
22. Al-Basit – Maha Pelapang Hidup
 23. Al-Khafid – Maha Penghina 
24. Ar-Rafi’ – Maha Tinggi 
25. Al-Mu’iz – Maha Pemberi Kemuliaan/Kemenangan 
26. Al-Muthil – Maha Merendahkan 
27. As-Sami’ – Maha Mendengar 
28. Al-Basir – Maha Melihat
 29. Al-Hakam – Ma! ha Menghukum
 30. Al-’Adl – Maha Adil 
31. Al-Latif – Maha Halus 
32. Al-Khabir – Maha Waspada 
33. Al-Halim – Maha Penyantun 
34. Al-’Azim – Maha Agong 
35. Al-Ghafur – Maha Pengampun 
36. Ash-Shakur – Maha Pengampun 
37. Al-’Aliyy – Maha Tinggi Martabat-Nya 
38. Al-Kabir – Maha Besar 
39. Al-Hafiz – Maha Pelindung 
40. Al-Muqit – Maha Pemberi Keperluan
 41. Al-Hasib – Maha Mencukupi 
42. Aj-Jalil – Maha Luhur 
43. Al-Karim – Maha Mulia 
44. Ar-Raqib – Maha Pengawas 
45. Al-Mujib – Maha Mengabulkan 
46. Al-Wasi’ – Maha Luas Pemberian-Nya 
47. Al-Hakim – Maha Bijaksana 
48. Al-Wadud – Maha Pencinta 
49. Al-Majid – Maha Mulia 
50. Al-Ba’ith – Maha Membangkitkan 
51. Ash-Shahid – Maha Menyaksikan
 52. Al-Haqq – Maha Benar 
53. Al-Wakil – Maha Berserah 
54. Al-Qawiyy – Maha Memiliki Kekuatan 
55. Al-Matin – Maha Sempurna Kekuatan-Nya 
56. Al-Waliyy – Maha Melinuingi 
57. Al-Hamid – Maha Terpuji 58. Al-Muhsi – Maha Menghitung 
59. Al-Mubdi’ – Maha Memulai/Pemula 
60. Al-Mu’id – Maha Mengembalikan 
61. Al-Muhyi – Maha Menghidupkan 
62. Al-Mumit – Maha Mematikan 
63. Al-Hayy – Maha Hidup 
64. Al-Qayyum – Maha Berdiri Dengan Sendiri-Nya 
65. Al-Wajid – Maha Menemukan 
66. Al-Majid – Maha Mulia 
67. Al-Wahid – Maha Esa
 68. As-Samad – Maha Diminta 
69. Al-Qadir – Maha Kuasa 
70. Al-Muqtadir – Maha Menentukan 
71. Al-Muqaddim – Maha Mendahulukan 
72. Al-Mu’akhkhir – Maha Melambat-lambatkan 
73. Al-’Awwal – Maha Pemulaan 
74. Al-’Akhir – Maha Penghabisan 
75. Az-Zahir – Maha Menyatakan 
76. Al-Batin – Maha Tersembunyi 
77. Al-Wali – Maha Menguasai Urusan 
78. Al-Muta’ali – Maha Suci/Tinggi 
79. Al-Barr – Maha Bagus (Sumber Segala Kelebihan) 
80. At-Tawwab – Maha Penerima Taubat 
81. Al-Muntaqim – Maha Penyiksa 
82. Al-’Afuww – Maha Pemaaf 
83. Ar-Ra’uf – Maha Mengasihi 
84. Malik Al-Mulk – Maha Pemilik Kekuasaan 
85. Zhul-Jalali wal-Ikram – Maha Pemilik Keagungan dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit – Maha Mengadili 
87. Aj-Jami’ – Maha Mengumpulkan 
88. Al-Ghaniyy – Maha Kaya Raya 
89. Al-Mughni – Maha Penberi Kekayaan 
90. Al-Mani’ – Maha Membela/Menolak
 91. Ad-Darr – Maha Pembuat Bahaya 
92. An-Nafi’ – Maha Pemberi Manfaat 
93. An-Nur – Maha Pemberi Cahaya 
94. Al-Hadi – Maha Pemberi Petunjuk 
95. Al-Badi’ – Maha Indah/Tiada Bandingan 
96. Al-Baqi – Maha Kekal 
97. Al-Warith – Maha Membahagi/Mewarisi 
98. Ar-Rashid – Maha Pandai/Bijaksana 
99. As-Sabur – Maha Penyabar Baca selengkapnya di:


Sumber : media-islam.or.id




"Mama, Jangan Benci Aku"

Kisah ini benar adanya dan saya menulisnya dengan hati yang dalam supaya kejadian ini menjadi pelajaran untuk kita semua supaya jangan ter...