Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah ( hematokrit per 100 ml darah ).
Klasifikasi anemia menurut morfologi mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Ada tiga klasifikasi besar yaitu :
1. Anemia normositik normokrom adalah ukuran dan bentuk sel – sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal ( MCV dan MCHC normal atau rendah )
2. Anemia makrositik normokrom adalah ukuran sel – sel darah merah lebih besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV meningkat, MCHC normal )
3. Anemia mikrositik hipokrom ukuran sel – sel darah kecil mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal ( MCV maupun MCHC kurang ).
Yang termasuk dalam kategori anemia mikrositik hipokrom adalah anemia defisiensi bisa terjadi akibat kekurangan besi, pirodoksin atau tembaga.
Anemia defisiensi besi adalah keadaan di mana kandungan besi tubuh total turun di bvawah tingkat normal yang terjadi akibat tidak adanya besi yang memadai untuk mensintesis hemoglobin.
Patofisiologi Anemia
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling seiring menyerang anak-anak. Bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4-6 bulan.
Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi terjadinya anemia defisiensi besi. Hal ini paling sering terjadikarena pengenalana makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan).
Ihentikannya susu formula bayimengandung zat besi atau asi sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yangtidak cukup bulan , bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kuirang gizi dan kurang zat beri juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini beresiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada bayi hal jni terjadi kerena perdarahan usus kronik yang disebabkn oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
Diagnosis Penyakit Anemia
a. Kadar porfirin eritrosit bebas ( meningkat )
b. Konsentrasi besi serum ( menurun )
c. Saturasi transferin ( menurun )
d. Konsentrasi feritin serum ( menurun )
e. Hemoglobin menurun
f. Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ( lebih dari 2,8 µg/g adalah diagnostik untuk defisiensi besi
g. Mean cospuscle volume ( MCV ) dan Mean Cospuscle Hemoglobin Concentration ( MCHC ) , menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel – sel darah merah yang kecil – kecil dan pucat.
h. Selama pengobatan jumlah retikulosit meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesudah dimulainya terapi besi mengidentifikasi respon terapiutik yang positif
i. Dengan pengobatan, hemoglobin kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu mengidentifikasi tambahan besi dan nutrisi yang adekuat.
Penanganan dan Pengobatan
Usaha pengobatan ditujukan pada pencegahan dan intervensi. Pencegahan tersebut mencakup menganjurkan ibu – ibu untuk memberikan ASI, makan makanan kaya besi dan minum vitamin pranatal yang mengandung besi. Terapi untuk mengatasi anemia defisiensi besi terdiri dari program pengobatan berikut :
a. Zat besi diberikan per oral dalam dosis 2 – 3 mg/kg unsur besi semua bentuk zat besi sama efektifnya ( fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat ).
b. Vitamin C harus deiberikan harus dengan besi ( vitamin C meningkatkan absorbsi besi )
Terapi besi diberikan sekurang – kurangnya 6 minggu setelah anemia dikoreksi untuk mengisi cadangan besi. Zat besi yang disuntikan jarang dipakai lagi kecuali terdapat penyakit malabsorbsi usus halus.
askep.com